Rabu, 27 November 2013

Ternyata Sadap menyadap antar negara sudah terjadi sejak Perang Dunia II


Berbicara tentang sadap menyadap, sampai saat ini masih ramai saja diperbincangkan oleh masyarakat. Apalagi setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ani Yudhoyono dan beberapa pejabat lain ternyata telah disadap oleh pemerintah Australia sejak tahun 2009 yang lalu.

Menurut Mantan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI, Mayjen (Purn) Sudrajat, penyadapan merupakan hal yang lumrah dan sudah pasti banyak dilakukan oleh negara-negara maju. Penyadapan menurutnya sudah dilakukan sebelum Perang Dunia II.

"Penyadapan itu kan sifatnya mencuri informasi. Itu sudah terjadi sejak Perang Dunia II, yang lebih canggih adalah gathering information itu bisa direct to direct. Penyadapan adalah salah satu gathering information suatu negara," kata Sudrajat di Rumah Gagasan Partai Amanat Nasional (PAN), Jakarta Selatan, Rabu (27/11) malam.

Menurut pria yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk Republik Rakyat China (RRC) ini, penyadapan sangat susah untuk dibuktikan lantaran teknologi saat ini sudah semakin canggih. Sudrajat pun mengatakan bahwa Indonesia bisa saja sudah melakukan penyadapan terhadap negara-negara lain tanpa sepengetahuan masyarakat kita sendiri.

"Isunya kan sekarang adalah kita yang disadap, apakah kita (Indonesia) juga menyadap? Tidak ada satu pun di dunia ini bahwa negaranya menyadap, karena tidak ada bukti," ujarnya.

Sudrajat pun mengatakan, bahwa sepelenya penyadapan bisa dicontohkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"KPK menyadap para koruptor itu juga sama, karena untuk kepentingan hukum. Contoh simpelnya lagi, kalau kamu nguping temenmu, selama tidak ketahuan, itu fine. Jadi penyadapan adalah hal yang biasa dilakukan sebenarnya," paparnya.

Mantan Dirjen Strategi Pertahanan ini juga menambahkan, seharusnya pemerintah Indonesia lebih mampu untuk memperbaiki sistem enkripsi dan teknologi yang ada saat ini. Sebab menurutnya sekalipun Indonesia bisa disadap namun tak akan mudah untuk bisa membaca hasil dari sadapan tersebut.

"Kemampuan kita terhadap enkripsi harus lebih canggih dan teknologi kita juga harus canggih. Jadi bagaimana orang bisa menyadap, tapi tidak bisa gampang membuka sadapannya," imbuh pria lulusan 1971 Akmil ini.

[hhw]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar